KUNJUNGI WEBSITE KAMI DI 777WIN.COM DAN DAFTARKAN DIRI ANDA SEGERA SERTA DAPATKAN BONUS PERTAMA UNTUK MEMBER BARU SAMPAI DENGAN RP 777,000! BONUS DEPOSIT 30% UNTUK MEMBER BARU SAMPAI DENGAN RP 3,777,000! DAN BONUS LAINNYA

KUNJUNGI WEBSITE KAMI DI 777WIN.COM DAN DAFTARKAN DIRI ANDA SEGERA SERTA DAPATKAN BONUS PERTAMA UNTUK MEMBER BARU SAMPAI DENGAN RP 777,000! BONUS DEPOSIT 30% UNTUK MEMBER BARU SAMPAI DENGAN RP 3,777,000! DAN BONUS LAINNYA

Senin, 01 Februari 2016

Tiga pusaka jepang






Tiga Pusaka Keramat (三種の神器 Sanshu no Jingi), juga dikenal sebagai Tanda Kebesaran Kekaisaran Jepang, adalah pusaka yang diwariskan secara turun-temurun kepada Kaisar Jepang. Pusaka tersebut terdiri dari pedang Kusanagi (草薙劍 Kusanagi no Tsurugi), cermin Yata no Kagami (八咫鏡), dan permataYasakani no Magatama (八尺瓊曲玉). Pusaka tersebut melambangkan nilai-nilai kebaikan: keberanian (pedang), kebijaksanaan (cermin), dan kemurahan hati(permata). Pusaka tersebut dapat pula ditafsirkan sebagai berikut: cermin melambangkan Matahari; permata melambangkan Bulan; dan pedang melambangkan bintang.
Karena statusnya yang masih legendaris, lokasi keberadaannya belum dapat dipastikan, namun diduga kuat bahwa pedangnya disimpan di kuil Atsuta di Nagoya, permatanya disimpan di Kokyo (Istana Kerajaan) di Tokyo, dan cerminnya disimpan di Kuil Ise di Prefektur Mie.
Sejak 690, pengenalan keberadaan benda tersebut ke hadapan Kaisar Jepang oleh para pendeta dari kuil telah menjadi elemen pokok dari upacara penobatan kaisar. Upacara tersebut tidak terbuka untuk umum, dan menurut tradisi benda tersebut hanya disaksikan oleh kaisar dan pendeta tertentu. Maka dari itu, tidak ada foto maupun gambaran yang didapat.
Menurut legenda, pusaka tersebut dibawa oleh Ninigi-no-Mikoto—leluhur legendaris bagi para keturunan Kaisar Jepang—saat neneknya, Dewi Matahari Amaterasu, mengirimnya untuk menenangkan keadaan Jepang. Secara tradisional, pusaka tersebut merupakan lambang kedewaan Kaisar Jepang sebagai keturunan Amaterasu, dan menguatkan legitimasi politiknya sebagai pemimpin tertinggi di Jepang.
Yamana-no-Orochi
Yamata-no-Orochi (bahasa Jepang: 八岐の大蛇 ) adalah makhluk berbentuk naga dari mitologi Jepang yang dikalahkan oleh susanooKisah Yamato-no-Orochi terdapat di Kojiki dan Nihongi.


Yamata-no-Orochi memiliki delapan kepala dan delapan ekor, mata merah bagaikan lentera Cina, semacam pohon cemara yang tumbuh di bahunya, perut selalu terselimuti darah , dan tubuh besarnya mencapai delapan lembah dan delapan bukit. 

Mitologi
Ditendang dari taman surga, Susanoo salah satu dari anak Izanagi, turun ke puncak gunung Torikami dan bertemu dengan pasangan tua, Ashinazuchi dan Tenazuchi dan anak perempuannya menangis tersedu-sedu. Mereka pun menjelaskan bahwa mereka lelah jika setiap tahun Yamata-no-Orochi datang untuk memakan anak-anaknya, dan kali ini mereka harus mengorbankan anaknya yang kesembilan, Inada. 
Demi menyelamatkan Kusinada, Susanoo menikahi dia dan menyihirnya menjadi sebuah sisir yang ia selipkan di rambutnya. Susanoo lalu memerintah kepada pasangan suami istri itu untuk meramu sake dan menyulingnya sebanyak delapan kali, dan juga membuat delapan gerbang penutup yang masing-masing berisi segentong sake. Yamata-no-Orochi pun terpancing untuk menghampiri umpan yang direncanakan. 
Dalam keadaan mabuk, Susanoo pun menebas semua lehernya, dan Ketika dia memotong-motong ekor naga itu, pedangnya patah dan tertancap di tubuh Yamata-no-Orochi dan memberikan naga itu kekuatan lebih. . Setelah terkalahkan, Susanoo pun mencabut pedangnya, dan kini pedang itu telah menjelma menjadi pedang sakti yang bernama Kusanagi. Pedang itu selanjutnya diberikan kepada Amaterasu

Beberapa sumber menyebutkan kisah penaklukkan Yamata-no-Orochi merupakan personifikasi atau simbolisasi dari ladang pertanian padi, dengan bukti bahwa arti dari Kushinada adalah “Putri Ladang Sawah.” Dan Yamata juga ditafsirkan merupakan sungai Hii, dan penaklukan naga itu bermakna pengolahan sungai untuk irigasi.  Pendapat lain menyebutkan kisah Yamata-no-Orochi berhubungan dengan produksi besi. Hal itu dikatakan bahwa kenampakkan naga itu mirip dengan sesuatu yang dibentuk di dalam tungku yang dibuat untuk melehkan besi yang berserakan di gunung Hii. Selain itu, pedang kusanagi juga merupakan satu dari tiga pedang pusaka milik keluarga kerajaan, jadi dongeng itu menunjukkan bahwa produksi besi telah ada di daerah Oku-izumo.
Ama-no-Uzume

Ama-no-Uzume (Jepang: 天宇受売命, 天鈿女命) adalah dewi tari dan kebahagiaan atau dewi yang menari pada pagi hari.Dengan bermandikan air yang mengucur di atas guci, Ama no Uzume menari-nari demi menghibur para dewa-dewi di surga.  Tarian Ama no Uzume sering dilakukan dalam pentas kagura di era modern. 


Ama no Uzume artinya adalah “dewi aroma surga” dan terkadang dijuluki juga Ame-no-Uzume-no-Mikoto, dan Ame-no-Uzume-no-Kami.  Panggilan lainnya adalah Pembujuk yang Handal, Wanita Luar Biasa dari Surga, Anak Perempuan Surga, dan Wanita Penjaga Surga. 
Katsuhiro Yoshizawa, pengarang buku Hakuin, memperkirakan bahwa Uzume adalah perlambangan untuk tampilan wanita ideal di zaman klasik, yaitu dengan pipi yang penuh dan dan alis yang tebal.

Menghibur Amaterasu
Baik Kojiki maupun Nihongi menceritakan Ia adalah wanita penghibur di dunia para dewa. Salah satu kisahnya adalah ketika Amaterasu bersembunyi ke gua, bumi diselimuti salju tebal dan kegelapan. Lalu uzume menari dan menanggalkan seluruh bajunya memamerkan tubuhnya, bugil mulai dada hingga kemaluannya lengkap dengan alang-alang dan tumbuhan lain di genggamannya lalu menari-nari di depan gua di mana Amaterasu bersembunyi.  Seluruh dewa tertawa dan membuat Amaterasu penasaran dan Ia pun akhirnya menunjukkan wajahnya kembali; cahaya dunia kembali, kehidupan pun berlanjut. 
Mengantar Ninigi dan menikah dengan Saruta-Hiko
Ama-no-Uzume juga diperintahkan untuk menjaga cucu Amaterasu, Ninigi, ke bumi, di mana selanjutnya dia menjadi kaisar pertama di Jepang. Ketika Ninigi sampai di bumi, tiba-tiba muncul monster besar menghalangi jalannya, kemudian dengan sigap Ama-no-Uzume menghadapinya, padahal tidak ada satu dewa pun yang berani menghadapi monster tersebut. Dengan senyum yang lebar dan dada membusung, Uzume menari-nari di depan makhluk itu dan menghalanginya.  Baru diketahui ternyata monster itu adalah jelmaan dari dewa Jembatan bumi dan langit yang bernama Sarutahiko yang ingin menyapa Ninigi. 
Lalu mereka berdua saling mengenal dan bergantian menjaga Ninigi. Uzume selalu menemani Sarutahiko tiap kali ia selesai menjalankan tugasnya ke daerah Ise.  Karena seringnya mereka bersama, maka langitpun mentakdirkan mereka untuk menjadi pasangan suami-istri. Pernikahan mereka diberkati para dewa di surga dan memberikan mereka berdua nama baru yaitu Sarume-no-Kimia atau ketua dari klan Sarume.  Mereka tinggal bersama di jembatan yang menghubungkan surga dan bumi. 

Izanami
Izanami no mikoto (Bahasa Jepang : イザナミ) adalah salah satu dewi dalam kepercayaan Shinto yang membuat Pulau Jepang (Yamato) bersama dengan suaminya, yakni Izanagi no mikoto.
Ia dan Izanagi berdiam diri di Pulau Onogoro. Mereka membantu Yin dan Yang menggerakan lautan di Jembatan menuju Surga, dan mereka mengatur segala sesuatu yang ada di dunia
Kemudian, Izanami menjadi Dewa Tanah Kematian yang dikenal dengan nama Yomutsugami, setelah mati karena melahirkan Kagutsuci, sang dewa api.


Sebelum adanya Surga dan Bumi, dunia ini hanya berupa sebuah kegelapan. Dan di tengah-tengah kegelapan, berputarlah masa yang sangat besar berbentuk telur, yang berisi banyak benda. Setelah waktu yang sangat lama, cahaya dan materi murni terlempar keluar dari sekumpulan kabut yang tebal dan berbentuk telur tersebut .
Materi yang murni dan berat jatuh di bumi, ia adalah Yin. Dan bagian cahaya jatuh di surga, ia adalah Yang. Yin dan Yang merupakan kedua sisi yang berlawanan, tetapi keberadaan mereka saling ketergantungan satu sama lain. Yin adalah seorang perempuan dan Yang adalah seorang Laki-laki, dan segala sesuatu di bumi merekalah yang membuatnya. Dari pemisahan ini, maka muncullah mahluk hidup untuk pertama kali, yakni Izanagi dan Izanami.

Setelah Izanagi dan Izanami diciptakan, mereka mendapati diri mereka berada di sebuah Jembatan yang berada di Surga. Mereka mendengar suara gemercikair dari tempat mereka berada, meskipun mereka hanya melihat kegelapan di bawah sana. “Apakah ada sebuah daratan di bawah kita? Tanya mereka satu sama lain.Dan tetasan air tersebut merupakan permulaan dari adanya Pulau Onogoro.Pulau Onogoro sendiri berarti Pulau yang diciptakan secara terburu-buru. Lalu mereka berdua turun dan hidup di sana.
Mereka memutuskan untuk menjadi sepasang suami istri dan bersama-sama membuat daratan, tetapi sebelum mereka menikah mereka harus mengelilingi dunia dari arah yang saling berlawanan dan ketika mereka bertemu kembali, barulah mereka dapat menikah.
Akhirnya, mereka bertemu di tengah tengah rute perjalanan mereka. Ketika mereka bertemu, izanami berbicara pertama kali dan berkata “ Betapa indahnya laki-laki yang ku temui ini! ”, tetapi Izanagi berkata bahwa harusnya seorang laki-laki lah yang berbicara tentang hal tersebut pertama kali. Kemudian mereka membuat kesepakatan bahwa mereka harus berjalan kembali hingga mereka bertemu kembali.
Izanami dan Izanagi menghabiskan berhari-hari,berbulan-bulan dan bertahun-tahun untuk dapat saling bertemu. Ketika mereka bertemu, Izanagi langsung berbicara “Betapa indahnya gadis yang kulihat ini! ” kemudian mereka menjadi pasangan yang saling melengkapi satu sama lain.

Izanami mati setelah melahirkan Dewa Api yang dikenal dengan nama Hi No Kagutsuchi. Ia menanggung sebuah akibat yang besar saat melahirkan Dewa Api.Oleh karena itu ia terbakar oleh nyala api sang dewa hingga mati. Dari kematian Izanami lahir lah Dewa Bumi dan Dewa Air. Bahkan karena duka yang sangat mendalam Izanagi menangis . Dan, dari tangisan dan harapannya ketika ia sedang membasuh muka maka lahirlah dewa-dewa baru. Seperti Amaterasu, sang Dewa Matahari , Susanoo, sang Dewa Angin, dan Tsukuyomi, sang Dewa Bulan.
Dan Izanami setelah kematiannya ia tinggal di dunia bawah yang disebut dengan Yomi, Pulau kematian.Tempat dimana orang yang telah mati berada

Izanami memakan makanan kegelapan yang berada di Pulau Yomi, yang menyebabkan dirinya tidak dapat pergi dari Pulau Yomi. Izanami membuat sebuah kesepakatan dengan Izanagi yang menyusulnya kedunia bawah atau Pulau Yomi. Izanami meminta Izanagi untuk menunggu dan tidak boleh melihatnya sampai ia selesai .Sebenarnya, mereka hanya dipisahkan oleh sebuah pembatas yang berupa tirai, tetapi karena mereka telah saling mengikat janji maka Izanagi tak dapat melihat istrinya sepenuhnya (dari kaki hingga kepala) maka mereka hanya dapat berkomunikasi saja. Ketika Izanami tertidur, Izanagi membuka tirai dan mendapati istrinya dalam keadaan membusuk.Lalu Izanagi meninggalkan istrinya.
Izanami terbangun dan menyuruh Yomotsu-Shikomes (iblis yang tinggal di Pulau Yomi) dan Yomotsu-Ikusas (tentara di Pulau Yomi) untuk mengejar Izanagi. Lalu Izanagi melempar sebuah batu besar untuk menyegel pintu masuk ke Pulau Yomi agar Izanami tidak dapat keluar. Lalu saat itu juga Izanagi menceraikan Izanami. Lalu, Izanami berkata dalam tangisnya “Kenapa kau lakukan hal semacam ini kepadaku?”, “ Kau telah menghianatiku!”. ”Pindahkan batu ini atau aku akan membunuh 1000 orang perhari!!” Ancam Izanami Lalu dengan lantang Izanagi berteriak “Setiap seribu orang yang engkau bunuh, maka akan ada 1500 orang yang lahir di tempat ini (dunia).
Dan, pada akhirnya Izanami menjadi Dewa Tanah Kematian yang dikenal dengan nama Yomutsugami

Izanagi

Izanagi (Aksara katakana: イザナギ) adalah saudara laki-laki dan Suami dari Izanami. Ia juga dewa pencipta dunia dan juga merupakan anggota dari enam dewa pencipta menurut mitologi Jepang dan sinto.Kisah mengenai Izanagi diceritakan dalam dua karya yaitu Kojiki (catatan kuno) dan Nihongi (sejarah jepang). Izanagi disebut juga dengan julukan “pria yang mengajak” dan orang jepang melafal namanya dengan panggilan Izanagi-no-Okami



Mitologi
Bersama dengan istri sekaligus saudara perempuannya, Izanagi diberi mandat untuk menciptakan dunia.Bersama-sama dengan Izanami, mereka membentuk kepulauan Jepang dan masyarakatnya hanya dengan melemparkan tombak bulan sabit ke lautan. Merekapun membangun berbagai macam kreasi seperti laut, angin, pepohonan, dan pegunungan.Lokasi tempat mereka membangun dunia berada dinamakan Ama-no-Uki-Hashi atau jembatan apung surga.

Istri Izanagi banyak melahirkan dewa-dewi, namun akhirnya mati karena luka bakar parah setelah melahirkan dewa api yaitu Kagutsuchi, lalu mayatnya dikuburkan di gunung Hiba. Karena sedih atas kematian istrinya, izanagi menggunakan pedang yang panjang untuk memenggal kepala anaknya sendiri, dewa api. Lalu dari darah Kagutsuchi terlahir dewa batu, dua dewa api, dan satu dewa air.
Karena rasa rindu yang kuat terhadap Izanami, Izanagi pun bertualang ke Yomi-no-Kuni atau neraka dengan tujuan untuk membawanya kembali tetapi Izanami menolak dan memintanya menunggu. Tidak sabar, izanagi pun menyalakan obor dan terkejut melihat wujud asli izanami yang sudah membusuk seperti mayat, lalu kabur meninggalkan istrinya. Izanami yang marah karena sikap izanagi yang menjauhinya, dia pun mengirimkan dewa peti dan para iblis untuk mendapatkan izanagi kembali.
Para ajudan izanami yang mengejar Izanagi mengunci dunia bawah, tetapi berhasil dilewati oleh sihirnya izanagi. Seketika itu pula ia menemukan tiga buah persik dan melemparkan buah-buah tersebut ke arah para iblis; mereka pun terpencar.Pada saat terakhir, izanami mencoba menggapai izanagi, tetapi ia melempar sebongkah batu raksasa ke pintu masuk neraka, dan berhasil mengunci Izanami untuk selamanya.  Izanami pun menyumpah bahwa dia akan membunuh setiap 1000 orang jepang setiap harinya, dan itulah sebab kenapa setiap harinya ada 500 orang anak terlahir dan 1000 orang meninggal. 
Setelah mengalami kejadian tersebut Izanagi kembali ke alamnya, lalu Ia melakukan ritual penyucian diri di alam dewa dan mulai mencuci wajahnya. Dan ketika ia membasuh mata terciptalah dewi matahari atau Amaterasu. Lalu, ketika ia membasuh mata kanannya, muncullah dewi bulan Tsuki-yomi. Terakhir, dari hidungnya terlahir Susanoo dewa laut dan petir.

Susanoo

Susanoo atau nama lain Take haya Susanoo-no-Mikoto tetapi lebih populer Susanoo-no-Mikoto, adalah dewa laut dan petir menurut mitologi Sinto. Catatan tentang Susanoo tertulis di buku Kojiki pada tahun 680 M dan 720 M di buku Nihongi.



Menurut kisah yang ditulis Kojiki, dia terlahir dari basuhan air hidung Izanagi ketika mensucikan diri sepulang dari neraka. Tetapi, menurut Nihongi, Susanoo terlahir berbarengan dengan ketika Izanami melahirkan melahirkan dewa-dewi lainnya. Menurut kedua karya tersebut, Susanoo merupakan salah satu dari tiga dewa yang merupakan“Tiga Anak Terhormat,” yaitu bersama dengan Amaterasu (dewi matahari) dan Tsukuyomi (dewi bulan).  Susanoo terkenal akan kelakuannya yang destruktif dan penipu, oleh karena itulah Ia dikenal sebagai pembohong ulung, tapi dewasa ini dia juga dikenal sebagai dewa cinta dan perkawinan. Dalam seni lukis Jepang, susanoo terlihat dengan rambut panjang berombak menerjang angin, menghunus pedang dan bertarung melawan naga berkepala delapan.Terakhir, meskipun tabiatnya terkenal buruk, dia telah memberikan banyak manfaat bagi umat manusia seperti memberikan ilmu tentang agrikultura, dan pendiri dinasti di kawasan Izumo

Susanoo diperintah oleh Izanagi untuk menjaga lautan, tetapi ia malah pergi menjenguk ibunya ke neraka, maka Ia pun langsung diusir. Setelah itu Ia menjenguk saudara perempuannya Amaterasu di surga untuk mengucapkan selamat tinggal, tetapi Amaterasu menolak karena masalah yang ditimbulkan Susanoo dengan ayah mereka Izanagi. Namun, susanoo tidak menyerah dan menantang bahwa jika dia bisa secara ajaib melahirkan lima dewa laki-laki, Amaterasu harus memaafkannya. Lalu dia mengambil 500 kalung perhiasan saudara perempuannya, memakannya dan menyemburkannya sehingga lima dewa laki-laki lahir.
Pernah dikisahkan Susanoo turun ke daerah Izumo untuk menolong keluarga malang yang hendak mengorbankan putrinya.Lalu Ia pun membantu mereka dengan mengalahkan naga berkepala delapan Yamata-no-Orochi dan memperoleh pedang sakti Kusanagi. Gadis yang Ia tolong terus dinikahi dan bersama melahirkan banyak dewa-dewi yang salah satunya yang paling terkenal adalah Okuninushi. Selain itu, menurut Kojiki ada kisah di mana Susanoo membunuh dewi makanan Ōgetsuhime, dan menjadi dewa di dunia bawah serta pernah menghadapi banyak kasus di persidangan sebelum akhirnya di kirim ke Ōkuninushi.


Tsukoyomi

Tsukuyomi (Jepang: 月夜見 atau月夜見の尊) atau dilafalkan Tsukuyomi-no-Mikoto adalah dewa bulan atau sang penguasa waktu malam menurut mitologi Jepang Dia adalah satu dari “Tiga anak suci” dan saudara laki-laki dari Amaterasu sang dewi matahari dan Susanoo sang dewa petir.

Tsukuyomi terlahir dari mata kanan Izanagi ketika Ia melakukan pembersihan sepulang dari neraka.  Tapi, dalam kisah lain disebutkan Ia terlahir dari kaca yang dibuat dari tembaga putih yang digengga oleh tangan kanan Izanagi.  Kelakuannya yang beringas seperti rela membunuh Ukemochi, membuat sifatnya mirip dengan Susanoo.



Nama Tsukuyomi merupakan kombinasi dari kata “bulan” (tsuki) dan “membaca; menghitung” (yomu) sehingga diasumsikan bahwa namanya merujuk “membaca” fase-fase waktu kalender bulan. Terlahir untuk melengkapi dewi matahari amaterasu.  Sumber lainnya mengintrepetasi namanya merupakan kombinasi dari kata Tsukiyo “cahaya malam rembulan” dan kata miru “melihat ke”. Namun, intrepretasi lainnya lagi diambil dari kanji bahasa Jepang yang Yumi “busur” yang terkorupsi katanya menjadi Yomi yang menjadi “dunia bawah.” 

Legenda
Setelah menaiki tangga surga, Tsukuyomi tinggal di surga atau Takamagahara dengan kedua saudara lainnya. Tsukuyomi mulai bosan dan Ia pun memutuskan untuk menikahi Amaterasu. Keseharian mereka berjalan baik sampai pada suatu hari dia menghadiri perjamuan yang diselenggarakan oleh Ukemochi. Selama perjamuan, Ukemochi malah meresponnya dengan mengeluarkan makanan itu dari anus, mulut, dan hidungnya; seketika itulah langsung dewi makanan itu dibunuh.  Hal inilah yang menyebabkan bahan pokok seperti beras menjadi sangat dibutuhkan di bumi. 
Mengetahui kejadian itu, Amaterasu pun kesal dengan ulah saudaranya tersebut, dan berjanji tidak akan pernah bertemu dengannya.  Inilah penyebab kenapa matahari dan bulan tidak pernah muncul pada waktu yang sama. 
Nihon Shoki
Nihon Shoki (日本書紀 Nihonshoki, Yamatobumi) adalah buku sejarah Jepang yang berasal dari zaman Nara. Buku ini merupakan buku sejarah resmi yang tertua mengenai Jepang dan masih ada hingga sekarang. Nihon Shoki juga disebut Nihongi (日本紀)
Buku ini merupakan seri pertama dari kumpulan enam buku sejarah bangsa yang disebut Rikkokushi. Buku selesai ditulis tahun 720 (tahun ke-4 zaman Yōrō) dan disunting dibawah pengawasan Pangeran Toneri.
Nihon Shoki seluruhnya terdiri dari 30 jilid ditambah 1 jilid berisi bagan silsilah (genealogi) yang hilang. Jilid pertama dimulai dengan cerita mitologi dan diakhiri dengan sejarah pada zaman Kaisar Jitō. Isi disusun secara kronologis, dan ditulis dalam bahasa Tionghoa Klasik (kanbun) seperti lazimnya penulisan dokumen resmi saat itu.


Nihon Shoki diperkirakan disusun dari berbagai sumber yang lebih tua, di antaranya kitab Teiki dan Kuji. Kedua kitab ini merupakan catatan sejarah Jepang yang dikumpulkan dari legenda milik berbagai klan yang bekerja untuk istana pada masa pemerintahan Kaisar Kimmei sekitar pertengahan abad ke-6. Selain itu, Nihon shoki berisi kutipan dari berbagai dokumen yang sudah tidak ada lagi sekarang.
Buku sejarah Tennōki dan Kokuki yang disusun Pangeran Shotoku dan Soga no Umako pada tahun 620 diperkirakan merupakan buku sejarah yang lebih tua dari Nihon Shoki, tapi habis terbakar sewaktu terjadi Peristiwa Isshi tahun 645 sehingga perlu ditulis buku sejarah yang baru.
Kojiki
Kojiki (古事記 Kojiki, Furukotofumi) adalah buku sejarah Jepang yang tertua dan menurut kata pengantar yang ada di dalamnya dipersembahkan Oho no Asomiyasumaro (Ō no Yasumaro) pada tahun712 (tahun ke-5 zaman Wadō).



Buku ini berisi berbagai catatan peristiwa, mulai dari penciptaan langit dan bumi (Ametsuchi) dan berakhir pada zaman Kaisar Suiko, termasuk di dalamnya cerita-cerita dari mitologi dan legenda. Selain itu,Kojiki juga berisi banyak syair (kayō).
Kojiki terdiri dari 3 jilid.
  • Jilid IKamitsumaki
Bagian ini berisi kata pengantar dan mitologi seputar kelahiran dan kehidupan berbagai kami.
  • Jilid IINakatsumaki
Bagian ini berisi kisah para kaisar yang dimulai dari kaisar pertama (Kaisar Jimmu) dan diakhiri dengan kaisar ke-15 (Kaisar Ōjin).
  • Jilid IIIShimotsumaki
Bagian ini berisi kisah para kaisar yang dimulai dari kaisar ke-16 (Kaisar Nintoku) hingga kaisar ke-33 (Kaisar Suiko).

Garis Besar
Di dalam kata pengantar ditulis bahwa Kojiki merupakan kumpulan tulisan yang ditulis Ō no Yasumaro berdasarkan folklor zaman kuno Teiki (silsilah kaisar) yang dihafal Hieda no Are dan Kuji (legenda).
"Kojiki" dianggap bukan judul resmi, dan merupakan nama yang biasa digunakan untuk menyebut buku kuno. Asal-usul judul buku ini tidak jelas, mungkin sudah diberi judul "Kojiki" oleh Ō no Yasumaro, tapi mungkin juga orang lain yang menambahkan judul ini kemudian. Aksara kanji untuk judul buku ini bisa dibaca sebagai Furukotobumi, tapi biasanya sekarang dibaca Kojiki.

Tidak seperti NihonshokiKojiki bukan buku sejarah resmi (Seishi) yang ditulis untuk kaisar. Walaupun demikian, pada kata pengantar Kojiki ditulis tentang Kaisar Temmu yang "menghimpun Teiki, memeriksa Kuji, menghapus tulisan yang tidak benar dan memastikan kebenaran, dan mewariskan buku ini untuk generasi berikut." (撰帝紀 檢舊辭 去偽定真使傳於後世), sehingga buku ini boleh juga dikatakan ditulis untuk kaisar.

Susunan

Kojiki terdiri dari bagian yang diambil dari Kuji dan bagian yang diambil dari Teiki. Bagian yang diambil Kuji berisi kumpulan cerita yang berkaitan dengan keluarga kaisar dan keluarga bangsawan, serta cerita di lingkungan dalam istana. Bagian yang ditulis dari Teiki semuanya berupa silsilah kaisar, daftar nama kaisar dari kaisar pertama hingga kaisar ke-33, nama permaisuri, pangeran, putri kaisar, serta anak keturunan dan keluarganya. Selain itu, di bagian yang sama ditulis nama istana, tahun bertahta, tahun wafat dan shio pada tahun tersebut, usia, lokasi makam, serta peristiwa penting yang terjadi selama bertahta. Semua data merupakan hasil hafalan pencerita istana (kataribe) untuk diucapkan sewaktu ada upacara pemakaman kaisar, dan baru mulai ditulis di pertengahan abad ke-6.

Penulisan

Kojiki ditulis dalam bahasa Jepang tapi seluruhnya menggunakan aksara kanji yang dipakai untuk menuliskan bahasa Tionghoa Klasik (hentai-kanbun). Kata-kata kuno, nama orang, nama tempat, nama barang, dan bagian berisi syair (kayō) ditulis satu aksara kanji bahasa Tionghoa klasik untuk setiap suku kata. Sewaktu menuliskan suku kata demi suku kata, di samping kanan aksara kanji juga ditambahkan tanda baca berupa aksara kanji (seperti 上, atau 去).

Salinan tertua
Salinan tertua dari Kojiki yang masih ada sekarang disebut Shinpukuji-hon Kojiki (buku Kojiki milik kuil Shinpuku-ji). Buku ini sekarang disimpan di kuil Shinpuku-ji (Ōsukannon), NagoyaPrefektur Aichi dan merupakan Pusaka Nasional Jepang. Pekerjaan penyalinan dimulai tahun 1371 oleh pendeta Buddha bernama Kenyu dan selesai pada tahun berikutnya (1372)
Dewi Matahari

Dewa Matahari adalah dewa atau dewi dalam mitologi yang mewakili Matahari, atau aspek dari matahari, biasanya kekuatan yang dirasakan dan kekuatan. Dewa dan penyembahan Matahari dapat ditemukan di sebagian besar sejarah yang tercatat dalam berbagai bentuk.



Matahari yang menghilang
Hilangnya matahari adalah tema dalam banyak mitologi, kadang-kadang termasuk tema-tema penjara, pengasingan, atau kematian. Kehilangan matahari sering digunakan untuk menjelaskan berbagai fenomena alam, termasuk hilangnya matahari di malam hari, hari lebih pendek selama musim dingin, dan gerhana matahari.
Pada akhir mitologi Mesir, Ra melewati Duat (dunia bawah) setiap malam. Apep harus dikalahkan dalam kegelapan jam untuk Ra dan tongkang surya untuk muncul di timur setiap pagi.
Dalam mitologi Jepang, dewi matahari Amaterasu yang terkejut oleh perilaku kakaknya Susanoo dan bersembunyi di gua, menyeret dunia dalam kegelapan sampai ia bersedia untuk muncul.
Dalam mitologi Norse, para dewa Odin dan Tyr keduanya memiliki atribut langit, dan mereka ditakdirkan untuk dimakan oleh serigala Fenrisulfr dan Garmr, masing-masing pada Ragnarok. Sol, dewi matahari Norse, akan dimakan oleh serigala Skoll.

Alat angkut matahari
"Tongkang matahari" adalah wujud mitologis matahari yang diangkut pada perahu.
Contoh:
  • Banyak Dewi Mesir awal dikaitkan dengan dewa matahari ,kemudian Ra dan Horus digambarkan naik tongkang. Dalam mitos akhirat Mesir, wahana Ra di saluran bawah tanah dari barat ke timur setiap malam sehingga ia dapat naik di timur keesokan paginya.
"Kereta tempur matahari" adalah wujud mitologis dari matahari yang naik di kereta. Konsep ini lebih awal dibandingkan dengan tongkang surya, dan biasanya digunakan bangsa-bangsa Indo-Eropa, sesuai dengan perluasan Indo-Eropa setelah penemuan dari kereta di milenium 2 SM.
Contoh:
  • Dalam mitologi Norse, Sól, menaiki kereta tempur yang ditarik oleh Arvak dan Alsvid.
  • Dlam mitologi Yunani, Helios menaiki kereta tempur,[1] (lihat juga Phaëton)[2]
  • Dalam mitologi Hindu, Surya menaiki kereta tempur yang ditarik oleh Aruna.
Mitologi Jepang
Mitologi Jepang adalah mitologi yang disampaikan secara turun temurun di Jepang.


Pengantar
Folklor yang sekarang disebut mitologi Jepang, hampir seluruhnya berdasarkan cerita yang terdapat dalam KojikiNihonshoki, dan Fudoki dari berbagai provinsi di Jepang. Dalam kata lain, mitologi Jepang sebagian besar berkisar pada berbagai kami penghuni Takamanohara (Takaamahara, atau Takamagahara), dan hanya sedikit sumber literatur tertulis yang dapat dijadikan rujukan.
Di zaman kuno, setiap daerah di Jepang diperkirakan memiliki sejenis kepercayaan dalam berbagai bentuk dan folklor. Bersamaan dengan meluasnya kekuasaan Kekaisaran Yamato, berbagai macam kepercayaan diadaptasi menjadi Kunitsugami atau "dewa yang dipuja" yang bentuknya menjadi hampir seragam, dan semuanya dikumpulkan ke dalam "mitologi Takamanohara". Sementara itu, wilayah dan penduduk yang sampai pada abad berikutnya tidak dikuasai Kekaisaran Yamato atau pemerintah pusat Jepang yang lain, seperti Suku Ainu dan orang Kepulauan Ryūkyū masing-masing juga memiliki mitologi sendiri.
Pada abad pertengahan berkembang mitologi Jepang abad pertengahan (Chūsei Nihongi) dengan isi yang berbeda dari mitologi sebelumnya. Mitologi Jepang abad pertengahan tetap berpedoman pada Nihonshoki tapi dikembangkan hingga menjadi sangat berbeda dengan versi aslinya. Mitologi Jepang abad pertengahan ditemukan dalam epik perang seperti Taiheiki, buku penggubahan syair dan anotasinya, serta berbagai Engi (buku catatan asal usul dan sejarah milik kuil agama Buddha dan Shinto).
Dalam mitologi Jepang abad pertengahan, berbagai kami dalam Kojiki dan Nihonshoki berdasarkan teori Honji suijaku dikenali sebagai perwujudan sementara para Buddha dan Bodhisattva atau dianggap sejajar. Selain itu, mitologi Jepang abad pertengahan bercampur dengan unsur-unsur yang diambil dari seni dan cerita rakyat, mitologi berbagai daerah, serta menampilkan tingkat kedewaan dan benda-benda yang tidak ada di dalam Kojiki dan Nihonshoki.
Di pertengahan zaman Edo, Motoori Norinaga menulis buku berjudul Kojiki-den dengan maksud melakukan interpretasi isi Kojiki hingga tuntas. Buku ini menyebabkan sumber utama mitologi Jepang bergeser dari Nihonshoki menjadi Kojiki dan keadaan ini bertahan hingga sekarang.

Penciptaan dunia

Dunia berawal di Takamanohara, di sana lahir berbagai kami seperti Kotoamatsukami dan Kaminoyonanayo. Kami yang lahir paling akhir adalah dua bersaudara Izanagi (Izanaki) dan Izanami

Izanagi dan Izanami

Izanagi dan Izanami turun di Ashihara no Nakatsu Kuni, menikah, dan berturut-turut melahirkan pulau-pulau yang membentuk kepulauan Jepang yang disebut Yashima. Setelah melahirkan berbagai kami, Izanami tewas akibat luka bakar saat melahirkan Kagutsuchi (dewa api). Setelah membunuh Kagutsuchi, Izanagi pergi ke negeri Yomi untuk mencari dan menyelamatkan Izanami. Setelah berada di negeri Yomi, wujud Izanami berubah menjadi menakutkan. Izanagi yang melihat sosok Izanami menjadi lari ketakutan.
Izanagi menjalani misogi (mandi) karena tidak suka dengan kekotoran (kegare) yang terbawa dari Yomi. Ketika melakukan misogi, Izanagi melahirkan pula sejumlah kami, saat mencuci mata kiri terlahir Amaterasu (dewa matahari, penguasa Takamanohara), saat mencuci mata kanan terlahir Tsukuyomi (dewa bulan, penguasa malam), dan saat mencuci hidung (buang ingus) lahir Susanoo (penguasa samudra). Ketiga kami ini disebut Mihashira no Uzu no Miko, dan menerima perintah dari Izanagi untuk menguasai dunia.

Amaterasu dan Susanoo

Susanoo ingin pergi ke tempat Izanami di Ne no Kuni dan berteriak-teriak menangis hingga membuat kerusakan luar biasa di langit dan bumi. Susanoo akhirnya pergi naik ke Takamanohara yang diperintah Amaterasu. Kedatangan Susanoo salah dimengerti, Amaterasu menyangka Susanoo datang untuk merebut Takamanohara. Susanoo disambut Amaterasu dengan busur dan anak panah. Agar kecurigaan Amaterasu terhapus, dari setiap benda yang menempel di badan Susanoo lahir kami yang jenis kelaminnya membuktikan kemurnian tubuh Susanoo. Amaterasu percaya dan mengizinkan Susanoo berada di Takamanohara. Di sana Susanoo membuat keonaran lagi sampai Amaterasu bersembunyi di dalam gua Ama no Iwato. Amaterasu adalah dewa matahari, sehingga matahari tidak terbit selama Amaterasu bersembunyi. Para kami di Takamanohara menjadi susah hati. Amaterasu akhirnya keluar dari dalam gua setelah dikelabui. Susanoo yang sering membuat susah akhirnya diusir ke dunia bawah.

Legenda Izumo

Susanno turun ke negeri Izumo. Setelah berhasil membunuh monster Yamata no Orochi yang suka merusak, Susanoo menikah dengan putri Kunitsukami. Cucu keturunan Susanoo bernama Ookuninushimenikah dengan putri Susanoo dan membangun negeri Sukunahikona dan Ashihara no Nakatsukuni. Menurut penjelasan nama tempat yang ada di buku Fudoki negeri Izumo, lokasi pembasmian Yamata no Orochi ada di distrik Ou (sekarang kota Yasugi, Prefektur Shimane), tapi bukan Susanoo yang menjadi pahlawan, melainkan Oonamuchi (Ookuninushi).

Penaklukan Ashihara no Nakatsu

Sementara itu, Amaterasu dan para kami (Amatsukami) di Takamanohara menyatakan negeri Ashihara no Nakatsu no Kuni (Izumo) harus diperintah Amatsukami atau cucu keturunan Amaterasu. Sejumlah kami dikirim ke Izumo untuk mewujudkan keinginan ini. Setelah dua anak Ookuninushi, Kotoshironushi dan Takeminakata menitis ke Amatsukami, Ookuninushi berjanji untuk memberikan negeri Izumo dengan syarat dibangunkan sebuah istana. Istana ini nantinya disebut Izumo Taisha.
Ninigi yang merupakan cucu Amaterasu menerima Ashihara no Nakatsu. Ninigi turun ke negeri Hyūga dan kemudian menikahi Putri Konohanasakuya.

Kisah Hoori dan Hoderi

Ninigi memiliki dua putera, Hoori dan Hoderi. Mata pancing milik Hoderi dihilangkan Hoori sehingga kedua bersaudara ini bertengkar. Hoori lalu pergi ke istana Kaijin (dewa laut) dan menemukan mata pancing Hoderi di sana. Sewaktu berada di sana, Hoori menikah dengan putri dewa laut. Dari pernikahan ini lahir anak laki-laki bernama Ugaya Fukiaezu. Putra keturunan Ugaya Fukiaezu yang bernama Kamuyamato Iwarehito nantinya menjadi Kaisar Jimmu.

Kaisar Jimmu

Kamuyamato Iwarehito dan kakak-kakaknya berkeinginan menguasai Yamato. Penduduk yang sejak dulu berdiam wilayah Yamato melawan dengan sekuat tenaga, dan pertempuran sengit terjadi. Kesaktian Kamuyamato Iwarehiko yang masih keturunan dewa bukan tandingan bagi penduduk Yamato. Pada akhirnya, Kamuyamato Iwarehiko naik tahta sebagai kaisar di kaki gunung Unebikashihara no Miya. Kamuyamato Iwarehiko nantinya dikenal sebagai kaisar pertama Jepang Kaisar Jimmu.
Setelah Kaisar Jimmu wafat, pemberontakan dilancarkan putra Kaisar Jimmu yang bernama Tagishimimi. Pemberontakan ini berhasil dipadamkan Kamununakawamimi yang kemudian naik tahta sebagaiKaisar Suizei.

Kesshi Hachi-dai

Delapan kaisar, termasuk kaisar kedua Kaisar Suizei hingga kaisar ke-9 Kaisar Kaika disebut sebagai Kesshi Hachi-dai. Kedelapan nama kaisar tertulis dalam Kojiki dan Nihon-shoki, tapi tidak dijelaskan peran dan jasa-jasanya.
Ameterasu

Amaterasu (天照)Amaterasu-ōmikami (天照大神 or 天照大御神) atau Ōhiru-menomuchi-no-kami (大日孁貴神) dalam mitologi jepang adalah dewi matahari beserta seluruh jagad raya. Karena peran ini, Amaterasu adalah dewa (神 kami) terpenting dalam agama Shitp; para kaisar jepang dikatakan memiliki garis keturunan dari Amaterasu.



Sejarah
Kisah mengenai Amaterasu pertama kali disebutkan dalam Kojiki (ca. 680 M) dan Nihon Shoki (ca. 720 M), catatan tertua mengenai Mitologi Jepang. Disebutkan bahwa Amaterasu adalah dewi matahari, kakak dari Tsukoyomi, dewa bulan, dan Susanoo, dewa badai dan laut. Mereka bertiga adalah tiga dewa terakhir yang lahir saat Izanagi, dewa yang menciptakan pulau Jepang, melakukan ritual pembersihan diri setelah percobaan gagal penyelamatan istrinya, Izanami dari Yomi (dunia bawah): Amaterasu lahir saat Izanagi membasuh mata kirinya, Tsukuyomi lahir saat Izanagi membasuh mata kanannya, dan Susanoo lahir saat Izanagi membasuh hidungnya. Karena Izanagi masih berduka atas nasib yang menimpa istrinya, ia selanjutnya memberikan mandat kepada Amaterasu untuk memimpin jagad raya.
Menurut catatan tersebut, Amaterasu kemudian menjadi pemimpin matahari dan Takamagahara (surga) bersama adik dan suaminya, Tsukuyomi. Awalnya, mereka berdua berbagi langit, namun setelah insiden dimana Tsukuyomi yang dikirim untuk mewakili Amaterasu dalam suatu pesta membunuh Uke-Mochi, dewi makanan, karena cara Uke-Mochi dalam menciptakan makanan yang menjijikkan, Amaterasu marah dan mengecapi Tsukuyomi sebagai dewa jahat serta menjauhkan diri sejauh-jauhnya dari Tsukuyomi; karena alasan inilah siang dan malam tak pernah muncul bersama-sama.
Catatan-catatan Kojiki dan Nihon-Shoki juga menceritakan persaingan Amaterasu dengan adiknya yang lain, Susanoo. Saat Izanagi memerintahkan Susanoo untuk keluar dari Takamagahara menuju Bumi, Susanoo berniat mengucapkan selamat tinggal pada Amaterasu. Mengenal sifatnya yang penipu dan kejam, Amaterasu curiga, namun dia setuju dengan tantangan adiknya untuk membuktikan kejujurannya. Kedua dewa akan bertukar barang dan melahirkan dewa-dewi darinya: Amaterasu melahirkan tiga dewi dari pedang Susanoo, sementara Susanoo melahirkan lima dewa dari kalung Amaterasu. Amaterasu mengklaim lima dewa adalah miliknya sementara tiga dewi adalah milik Susanoo; dia memutuskan dia menang karena pedang Susanoo melahirkan wanita. Kedua dewa tenang untuk sementara sampai Susanoo, dalam kegelisahannya, mengamuk dan menghancurkan sawah Amaterasu serta melemparkan kuda poni yang dikuliti ke mesin tenun kakaknya, membunuh salah satu pelayan Amaterasu. Murka, Amaterasu bersembunyi dalam sebuah gua bernama Ama-no-Iwato, menyembunyikan matahari selama waktu yang lama. Bujukan dewa-dewi untuk keluar tidak dihiraukan Amaterasu sampai para dewa bersiasat: cermin Yata-no-Kagami akan digantung pada pohon diluar gua sementara dewi Ama-no-Uzume akan melakukan tarian tanpa busana didekatnya. Mendengar gelak tawa dewa yang melihat Ama-no-Uzume menarik perhatian Amaterasu, dan saat dia keluar, dia melihat bayangan dirinya dalam cermin tersebut. Dalam keterkejutan Amaterasu, dewa Ame-no-Kajitarawo langsung menutup Ama-no-Iwato sehingga Amaterasu tak dapat masuk lagi. Keluarnya Amaterasu membuat matahari kembali menyinari jagad raya. Walau Amaterasu dapat dibujuk keluar lagi, Susanoo masih tetap diusir menuju Bumi karena perbuatannya. Setelah membunuh ular Yamata-No-Orochi, Susanoo memberikan hadiah perdamaian kepada Amaterasu: pedang Kusanagi yang ia temui di ekor sang ular.
Menurut legenda, Amaterasu kemudian memiliki seorang cucu bernama Ninigi, putra dari Ame-no-Oshihomimi-no-Mikoto. Amaterasu menugaskan Ninigi untuk turun ke Bumi dan menanam padi di sana serta memberikannya tiga benda miliknya: pedang Kusanagi, cermin Yata-no-Kagami, dan permata Yasakani No Magatama. Ninigi adalah kakek buyut dari kaisar pertama Jepang, Kaisar Jimmu, menjadikan Amaterasu sebagai leluhur kaisar-kaisar Jepang, sementara tiga benda yang ia berikan menjadi Tiga Pusaka Keramat Jepang.
Pemujaan
Sebagai kami terpenting dalam Shinto, Amaterasu adalah pusat dalam pemujaan di Jepang. Kuil utama pemujaan Amaterasu adalah kuil dalam Naiku di kuil Ise yang terletak di pulau Honshu. Cermin Yata-no-Kagami dikatakan disimpan di dalam kuil ini. Setiap 20 tahun, akan ada upacara pemujaan bernama Shikinen Seingu, di mana pakaian dan makanan baru akan disajikan untuk sang dewi. Upacara ini sudah dilakukan sejak tahun 690 M. Kuil utama sempat hancur dan sebuah kuil baru dibangun didekatnya.